Mengembalikan Marwah Sang Kota Madani
Hujan
merupakan berkah yang diturunkan oleh Yang Maha Kuasa, namun hujan juga dapat
menjadi bencana ketika mendarat di bumi dengan intensitas tinggi dan
berlangsung dalam kurun waktu yang lama. Bencana yang timbul akibat hujan
diantaranya adalah banjir dan tanah longsor. Banda Aceh telah terbebas dari
banjir sejak tahun 2001, namun beberapa tahun belakangan, banjir seakan bebas
menunjukkan diri nya di kota warisan para raja ini. Masalah banjir merupakan
problema utama hampir disetiap kota di seluruh indonesia, termasuk Banda Aceh yang
harus segera diselesaikan
Setelah
bencana tsunami Desember 2004 silam, pembangunan infrastruktur berkembang
begitu pesat hingga mengakibatkan
kurangnya daerah resapan air. Daerah resapan air berfungsi untuk
mencegah terjadinya banjir dengan menyerap air hujan yang jatuh ke daratan. Pembangunan
kota Banda Aceh yang terkesan asal-asalan telah mengurangi daerah resapan air
yang berujung pada banjir. Tata letak kota Banda Aceh sangat semrawut, seluas
mata memandang, kota Banda aceh selalu dipenuhi oleh rumah toko (ruko) dan
pedangang kaki lima, Akibat nya selain hilangnya nilai estetika kota bersejarah
ini, banjir juga merupakan masalah yang harus dihadapi. Jika saja hujan turun dengan
intensitas tinggi dalam waktu 5-6 jam maka daerah pertokoan penayong pasti tergenang air.
Sistem
drainase atau gorong-gorong kota Banda Aceh yang buruk juga merupakan faktor
pendukung kehadiran banjir di beberapa ruas jalan utama kota Banda Aceh. Selain
drainase yang buruk, banyak nya sampah penyumbat gorong-gorong merupakan pr yang harus diselesaikan oleh
pemerintah kota Banda Aceh. Banyak alasan dilontarkan, seperti air kiriman ke
krueng aceh terlalu banyak atau endapan lumpur sungai krueng aceh harus
segera dihilangkan. Apapun alasan yang
diutarakan sebenarnya tidak terlalu penting, sebab masyarakat lebih membutuhkan
aksi nyata dari pada omongan yang melalang buana.
Harus
nya kita malu dengan Belanda, Negara yang pernah menduduki tanah air kita,
termasuk Banda Aceh, dengan sebagian besar wilayah nya berada lebih rendah dari lautan kehadiran banjir di
negeri seribu tulip itu sangat jarang, bahkan hampir tidak pernah. Coba
bandingkan dengan wilayah kota Banda Aceh, rata-rata daratan kota Banda Aceh
lebih tinggi dari lautan, namun banjir sudah terbiasa menghampiri.
.
Sedikit bercerita tentang Belanda, kesadaran masyarakat Belanda
atas luas tanah yang kecil, membuat mereka terus berusaha keras dalam
menciptakan inovasi terbarukan agar luas tanah mereka dapat bertambah. Tanah di
Negara Belanda sebagian besar berasal dari “lautan yang dikeringkan”, bagi
masyarakat Belanda, tanah tempat berpijak dan hidup adalah hal terpenting,
sejarah membuktikan bahwa Belanda menjajah tanah indonesia selama lebih kurang
3,5 abad merupakan tindakan perluasan wilayah Negeri Belanda selain untuk
mencari rempah-rempah yang berharga. Penduduk Negeri Belanda sadar bahwa tanah
air mereka kecil dan untuk menampung penduduk yang setiap tahun bertambah
merupakan tantangan besar bagi mereka. Sejak abad ke-16 dimulailah reklamasi
daratan, yang bertujuan untuk memperluas daratan Negeri Belanda tanpa harus
menjajah negeri orang, dimulai dengan menanggul sebagian besar perairan selatan
negeri lalu mengeringkan wilayah tersebut dengan memompa air keluar dari
genangan (wikipedia.org)
Hal yang
unik dari negeri kincir angin ini adalah masyarakat nya mampu memanfaatkan dan
menggunakan lahan sebaik mungkin, oleh sebab itu negeri ini mampu memenuhi
kebutuhan pangan rakyat nya. Banyak transportasi umum Belanda menggunakan jalur
air, umumnya jalur darat hanya digunakan untuk pejalan kaki dan pesepeda yang
tidak membutuhkan lahan luas. Hal ini membuat masyarakat Belanda dapat
memanfaatkan tanah kecil mereka untuk hal yang lebih penting. Pemukiman
penduduk di Belanda juga memiliki
keunikan dimana jarak antar hunian sangat dekat, bahkan ada hunian yang saling
berdempetan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan lahan di
negeri mereka. Hal ini yang membuat tata pemukiman dan sarana transportasi
Negara Belanda sangat indah dan unik, bahkan keunikan sistem tata wilayah nya
mampu menciptakan suasana dan tatanan yang nyaman untuk dipandang, tak heran
bahwa banyak objek wisata di Negeri Belanda yang tidak terlepas dari keunikan
tata wilayah nya.
Sebagaimana
pepatah mengatakan “sepandai-pandai nya
tupai melompat, pasti akan terjatuh juga”, pada tahun 1953, Belanda
mengalami sebuah bencana banjir besar, dikarenakan salah satu tanggul yang
merupakan mahakarya masyarakat Belanda tidak mampu menahan gelombang laut
akibat badai. Hebatnya, masyarakat Belanda tidak berlama-lama dengan kesedihan
dikarenakan musibah yang melanda negeri mereka, dalam waktu yang relatif cepat
masyarakat Belanda mampu bangkit dan terus menciptakan teknologi terbaik untuk
memerangi bencana yang mungkin terjadi dikemudian hari. Hingga sekarang,
belanda seperti sudah lupa akan bagaimana wujud banjir itu.
Hendaknya
pemerintah bisa bersikap seperti Belanda yang dengan cepat menaggapi suatu
masalah dan mencari solusi. Jika tata kota Banda Aceh terlalu sulit dibenahi,
biarkan lah sedikit tanah kota Banda Aceh menjadi daerah resapan air, jangan
biarkan direnggut oleh raksasa-raksasa beton lainnya. Belanda dengan tata
wilayah yang indah serta tidak mengenal banjir merupakan tolak ukur bagi Banda
Aceh untuk berbenah diri di usia nya yang terbilang matang. Selain pemerintah, kesadaran masyarakat kota
Banda Aceh untuk menjaga lingkungan juga penting seperti membuang sampah pada
tempatnya sebab hal kecil seperti ini mampu mencegah terjadinya banjir.
Sudah
saat nya di setiap rumah penduduk kota Banda Aceh memiliki sebuah sumur
resapan, selain untuk mencegah terjadinya banjir juga dapat dimanfaatkan ketika
musim kemarau tiba ataupun ketika air PDAM macet. Semoga gelar destinasi wisata
islami dunia untuk kota Banda Aceh dapat menyadarkan baik pemerintah maupun
masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan dan mengatur tata kota lebih baik
kedepannya. Maju terus Banda Aceh, jadilah kota yang bebas banjir seperti dulu,
berbenahlah untuk menyambut dunia dengan sejuta kebaikan islami yang telah
diwariskan oleh leluhur kita.
Sandi
Putra Kelana
Penasihat
Umum Himpunan Mahasiswa Teknik Kimia (HIMTEK) Universitas Syiah Kuala
EmoticonEmoticon