Sabtu, 01 Agustus 2015

Mengembalikan Marwah Sang Kota Madani

 Mengembalikan Marwah Sang Kota Madani

Hujan merupakan berkah yang diturunkan oleh Yang Maha Kuasa, namun hujan juga dapat menjadi bencana ketika mendarat di bumi dengan intensitas tinggi dan berlangsung dalam kurun waktu yang lama. Bencana yang timbul akibat hujan diantaranya adalah banjir dan tanah longsor. Banda Aceh telah terbebas dari banjir sejak tahun 2001, namun beberapa tahun belakangan, banjir seakan bebas menunjukkan diri nya di kota warisan para raja ini. Masalah banjir merupakan problema utama hampir disetiap kota di seluruh indonesia, termasuk Banda Aceh yang harus segera diselesaikan

Setelah bencana tsunami Desember 2004 silam, pembangunan infrastruktur berkembang begitu pesat hingga mengakibatkan  kurangnya daerah resapan air. Daerah resapan air berfungsi untuk mencegah terjadinya banjir dengan menyerap air hujan yang jatuh ke daratan. Pembangunan kota Banda Aceh yang terkesan asal-asalan telah mengurangi daerah resapan air yang berujung pada banjir. Tata letak kota Banda Aceh sangat semrawut, seluas mata memandang, kota Banda aceh selalu dipenuhi oleh rumah toko (ruko) dan pedangang kaki lima, Akibat nya selain hilangnya nilai estetika kota bersejarah ini, banjir juga merupakan masalah yang harus dihadapi. Jika saja hujan turun dengan intensitas tinggi dalam waktu 5-6 jam maka daerah pertokoan penayong pasti  tergenang air.



Sistem drainase atau gorong-gorong kota Banda Aceh yang buruk juga merupakan faktor pendukung kehadiran banjir di beberapa ruas jalan utama kota Banda Aceh. Selain drainase yang buruk, banyak nya sampah penyumbat gorong-gorong merupakan pr yang harus diselesaikan oleh pemerintah kota Banda Aceh. Banyak alasan dilontarkan, seperti air kiriman ke krueng aceh terlalu banyak atau endapan lumpur sungai krueng aceh harus segera  dihilangkan. Apapun alasan yang diutarakan sebenarnya tidak terlalu penting, sebab masyarakat lebih membutuhkan aksi nyata dari pada omongan yang melalang buana.

Harus nya kita malu dengan Belanda, Negara yang pernah menduduki tanah air kita, termasuk Banda Aceh, dengan sebagian besar wilayah nya berada  lebih rendah dari lautan kehadiran banjir di negeri seribu tulip itu sangat jarang, bahkan hampir tidak pernah. Coba bandingkan dengan wilayah kota Banda Aceh, rata-rata daratan kota Banda Aceh lebih tinggi dari lautan, namun banjir sudah terbiasa menghampiri.

. Sedikit bercerita tentang Belanda, kesadaran masyarakat Belanda atas luas tanah yang kecil, membuat mereka terus berusaha keras dalam menciptakan inovasi terbarukan agar luas tanah mereka dapat bertambah. Tanah di Negara Belanda sebagian besar berasal dari “lautan yang dikeringkan”, bagi masyarakat Belanda, tanah tempat berpijak dan hidup adalah hal terpenting, sejarah membuktikan bahwa Belanda menjajah tanah indonesia selama lebih kurang 3,5 abad merupakan tindakan perluasan wilayah Negeri Belanda selain untuk mencari rempah-rempah yang berharga. Penduduk Negeri Belanda sadar bahwa tanah air mereka kecil dan untuk menampung penduduk yang setiap tahun bertambah merupakan tantangan besar bagi mereka. Sejak abad ke-16 dimulailah reklamasi daratan, yang bertujuan untuk memperluas daratan Negeri Belanda tanpa harus menjajah negeri orang, dimulai dengan menanggul sebagian besar perairan selatan negeri lalu mengeringkan wilayah tersebut dengan memompa air keluar dari genangan (wikipedia.org)

Hal yang unik dari negeri kincir angin ini adalah masyarakat nya mampu memanfaatkan dan menggunakan lahan sebaik mungkin, oleh sebab itu negeri ini mampu memenuhi kebutuhan pangan rakyat nya. Banyak transportasi umum Belanda menggunakan jalur air, umumnya jalur darat hanya digunakan untuk pejalan kaki dan pesepeda yang tidak membutuhkan lahan luas. Hal ini membuat masyarakat Belanda dapat memanfaatkan tanah kecil mereka untuk hal yang lebih penting. Pemukiman penduduk di Belanda  juga memiliki keunikan dimana jarak antar hunian sangat dekat, bahkan ada hunian yang saling berdempetan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan lahan di negeri mereka. Hal ini yang membuat tata pemukiman dan sarana transportasi Negara Belanda sangat indah dan unik, bahkan keunikan sistem tata wilayah nya mampu menciptakan suasana dan tatanan yang nyaman untuk dipandang, tak heran bahwa banyak objek wisata di Negeri Belanda yang tidak terlepas dari keunikan tata wilayah nya.

Sebagaimana pepatah mengatakan “sepandai-pandai nya tupai melompat, pasti akan terjatuh juga”, pada tahun 1953, Belanda mengalami sebuah bencana banjir besar, dikarenakan salah satu tanggul yang merupakan mahakarya masyarakat Belanda tidak mampu menahan gelombang laut akibat badai. Hebatnya, masyarakat Belanda tidak berlama-lama dengan kesedihan dikarenakan musibah yang melanda negeri mereka, dalam waktu yang relatif cepat masyarakat Belanda mampu bangkit dan terus menciptakan teknologi terbaik untuk memerangi bencana yang mungkin terjadi dikemudian hari. Hingga sekarang, belanda seperti sudah lupa akan bagaimana wujud banjir itu.

Hendaknya pemerintah bisa bersikap seperti Belanda yang dengan cepat menaggapi suatu masalah dan mencari solusi. Jika tata kota Banda Aceh terlalu sulit dibenahi, biarkan lah sedikit tanah kota Banda Aceh menjadi daerah resapan air, jangan biarkan direnggut oleh raksasa-raksasa beton lainnya. Belanda dengan tata wilayah yang indah serta tidak mengenal banjir merupakan tolak ukur bagi Banda Aceh untuk berbenah diri di usia nya yang terbilang matang.  Selain pemerintah, kesadaran masyarakat kota Banda Aceh untuk menjaga lingkungan juga penting seperti membuang sampah pada tempatnya sebab hal kecil seperti ini mampu mencegah terjadinya banjir.

Sudah saat nya di setiap rumah penduduk kota Banda Aceh memiliki sebuah sumur resapan, selain untuk mencegah terjadinya banjir juga dapat dimanfaatkan ketika musim kemarau tiba ataupun ketika air PDAM macet. Semoga gelar destinasi wisata islami dunia untuk kota Banda Aceh dapat menyadarkan baik pemerintah maupun masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan dan mengatur tata kota lebih baik kedepannya. Maju terus Banda Aceh, jadilah kota yang bebas banjir seperti dulu, berbenahlah untuk menyambut dunia dengan sejuta kebaikan islami yang telah diwariskan oleh leluhur kita.

Sandi Putra Kelana

Penasihat Umum Himpunan Mahasiswa Teknik Kimia (HIMTEK) Universitas Syiah Kuala 


EmoticonEmoticon