Meskipun mengetahui hal ini, kita tidak pernah diajarkan secara detil bagaimana para petani di masa lalu menggunakan rasi bintang Orion sebagai penanda musim tanam dan panen. Artikel ini akan memberikan selayang pandang penggunaan Orion sebagai penanda musim dalam kalender pertanian Jawa yang dikenal dengan sebutan Pranata Mangsa.
Apa itu Pranata Mangsa?
Secara harafiah, kata Pranata Mangsa dalam Bahasa Jawa berarti ‘Pengaturan Musim’. Dalam kenyataannya,Pranata Mangsa adalah suatu bentuk kalender yang dikembangkan oleh Sultan Pakubhuwana VII dari Kesultanan Surakarta pada tahun 1856 untuk membantu petani menentukan masa tanam yang paling tepat. Perlu kita cermati bahwa pada masa itu para petani hanya dapat menanam dan memanen padi sekali saja dalam setahun, dikarenakan proses pertanian yang masih sangat tradisional. Karena itulah waktu tanam dan panen menjadi sangat penting untuk memastikan keberhasilan panen tahunan.
Secara harafiah, kata Pranata Mangsa dalam Bahasa Jawa berarti ‘Pengaturan Musim’. Dalam kenyataannya,Pranata Mangsa adalah suatu bentuk kalender yang dikembangkan oleh Sultan Pakubhuwana VII dari Kesultanan Surakarta pada tahun 1856 untuk membantu petani menentukan masa tanam yang paling tepat. Perlu kita cermati bahwa pada masa itu para petani hanya dapat menanam dan memanen padi sekali saja dalam setahun, dikarenakan proses pertanian yang masih sangat tradisional. Karena itulah waktu tanam dan panen menjadi sangat penting untuk memastikan keberhasilan panen tahunan.
Pranata Mangsa menggunakan tanda-tanda alam sebagai penunjuk waktu tanam , misalnya: apa yang terjadi pada tanaman, fenomena bediding (perubahan suhu yang mencolok di awal musim kemarau -red), tingkah laku hewan, dan pergerakan benda langit, khususnya rasi-rasi bintang. Dengan memperhatikan tanda-tanda alam, petani dapat menentukan waktu yang tepat untuk memulai dan melaksanakan semua aktivitas pertanian untuk memperbesar peluang panen yang berhasil.
Mengapa Orion?
Seperti telah disebutkan di atas, rasi Waluku/Orion memegang peranan penting dalam penentuan musim tanam. Tapi mengapa? Baiklah kita akan membahas sedikit mengenai rasi bintang Orion. Dalam ilmu astronomi modern, rasi bintang Orion menggambarkan seorang pemburu Yunani yang bernama Orion. Rasi ini secara umum terdiri dari 4 bintang utama yang membentuk kerangka tubuh Sang Pemburu yaitu Betelgeuse, Bellatrix, Saiph dan Rigel. Di bagian tengah kerangka tubuh ini terdapat 3 buah bintang yang membentuk satu garis lurus, dan ini dikenal dengan sebutan Sabuk Orion. Sabuk Orion terdiri dari 3 buah bintang utama, yaitu Alnitak, Alnilam dan Mintaka.
Seperti telah disebutkan di atas, rasi Waluku/Orion memegang peranan penting dalam penentuan musim tanam. Tapi mengapa? Baiklah kita akan membahas sedikit mengenai rasi bintang Orion. Dalam ilmu astronomi modern, rasi bintang Orion menggambarkan seorang pemburu Yunani yang bernama Orion. Rasi ini secara umum terdiri dari 4 bintang utama yang membentuk kerangka tubuh Sang Pemburu yaitu Betelgeuse, Bellatrix, Saiph dan Rigel. Di bagian tengah kerangka tubuh ini terdapat 3 buah bintang yang membentuk satu garis lurus, dan ini dikenal dengan sebutan Sabuk Orion. Sabuk Orion terdiri dari 3 buah bintang utama, yaitu Alnitak, Alnilam dan Mintaka.
Namun pandangan masyarakat Jawa tentang Orion cukup berbeda dengan astronomi modern. Di daerah khatulistiwa, Orion akan terbit dengan posisi ‘berbaring’. Dalam persepsi masyarakat Jawa, Orion tidak terlihat seperti seorang manusia, tapi terlihat seperti alat bajak untuk pertanian yang dikenal dengan sebutan Waluku. Bintang-bintang pembentuk rasi Orion yang digunakan dalam pandangan Jawa adalah 3 bintang utama pembentuk kerangka tubuh (tanpa mengikutsertakan Betelgeuse) dan 3 bintang Sabuk Orion.
Rasi Waluku dan Pranata Mangsa
Lalu bagaimana rasi Waluku ini bisa menjadi panduan? Untuk mempelajarinya kita perlu memahami dahulu tentang bagaimana bentuk kalender Pranata Mangsa itu sendiri. Pranata Mangsa dibagi menjadi 3 kelompok musim. Kelompok pertama disebut sebagai Mangsa Utama atau ‘musim utama’. Kelompok ini terdiri dari 4 musim utama yaitu musim kemarau, musim hujan dan 2 musim pancaroba/transisi. Kelompok musim kedua terdiri dari 4 Mangsa Utama dan 2 Mangsa pendek. Sedangkan kelompok ketiga disebut Mangsa, terdiri dari 12 musim dalam setahun. Yang menarik dari kesemua pembagian ini adalah bahwa panjang setiap musim tidak sama.
Lalu bagaimana rasi Waluku ini bisa menjadi panduan? Untuk mempelajarinya kita perlu memahami dahulu tentang bagaimana bentuk kalender Pranata Mangsa itu sendiri. Pranata Mangsa dibagi menjadi 3 kelompok musim. Kelompok pertama disebut sebagai Mangsa Utama atau ‘musim utama’. Kelompok ini terdiri dari 4 musim utama yaitu musim kemarau, musim hujan dan 2 musim pancaroba/transisi. Kelompok musim kedua terdiri dari 4 Mangsa Utama dan 2 Mangsa pendek. Sedangkan kelompok ketiga disebut Mangsa, terdiri dari 12 musim dalam setahun. Yang menarik dari kesemua pembagian ini adalah bahwa panjang setiap musim tidak sama.
Penggambaran kalender Pranata Mangsa dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel menunjukkan kelompok musim, nama-nama musim berikut perkiraan waktu/tanggal musim yang bersangkutan. Dalam tabel disebutkan juga Candra. Candra dalam Bahasa Jawa adalah karakteristik dari seseorang atau sesuatu yang digambarkan secara puitis atau dibandingkan dengan sesuatu yang memiliki karakter yang sama. Contohnya Candra musim pertama adalah ”Sesotya murca ing embanan” yang kurang lebih berarti permata yang lepas dari tempatnya, yang bisa kita bayangkan seperti batu cincin yang lepas dari cincinnya. Lalu apa hubungannya dengan karakteristik musim tersebut? Mari kita lihat lebih dalam.
Pada musim ini pulau Jawa mengalami musim kemarau. Langit cerah tidak berawan, sehingga ketika malam galaksi Bima Sakti terlihat sangat jelas. Masyarakat Jawa menganggap bintang-bintang di langit adalah seperti permata yang ditatahkan pada perhiasan. Ketika mereka bangun pagi, mereka mendapati tanaman mereka mati dan mereka menemukan butiran-butiran es yang seperti bintang-bintang yang mereka lihat di langit malam sebelumnya. Mereka menyebut butiran-butiran es ini ‘embun upas’ atau ‘embun racun’ atau ‘upas lintang’ atau ‘bintang beracun’. Mereka beranggapan bahwa butiran-butiran es ini adalah permata langit (bintang) yang lepas dari tempatnya.
Tapi apa sebenarnya ‘embun upas’ ini? Embun upas adalah embun beku yang disebabkan oleh fenomena yang oleh masyarakat Jawa dikenal sebagai bediding. Bediding adalah turunnya suhu udara malam hari menjelang pagi secara drastis yang disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor pertama adalah posisi Matahari. Pada saat itu, Matahari berada di Garis Tropik Cancer, posisi semu paling utara. Pulau Jawa yang terletak di Selatan Khatulistiwa mendapatkan energi Matahari lebih sedikit daripada waktu-waktu lainnya dalam setahun sehingga suhu menurun. Angin musim dingin dari Australia juga merupakan salah satu faktor turunnya suhu udara. Faktor yang terakhir adalah langit yang bersih tidak berawan. Tanpa adanya awan, energy yang diterima oleh Bumi ketika siang hari dan dipancarkan kembali ke langit tidak dipantulkan kembali ke Bumi oleh awan sehingga hilang ke angkasa. Karena panas yang hilang inilah suhu udara menjadi rendah.
Selain Candra, tabel juga menyebutkan tanda-tanda alam, termasuk juga posisi Orion/Waluku di langit. Posisi serta waktu/tanggal Pranata Mangsa ini saya dapatkan dari literatur dan saya lakukan pengecekan ulang dengan planetarium online Neave Interactive Online Planetarium. Sebagai catatan, karena saya tinggal di Denver, Colorado, program Neave secara otomoatis menyesuaikannya dengan posisi saya di Denver. Jam yang tertulis di snapshot adalah Mountain Standard Time, salah satu zona waktu Amerika Serikat yang digunakan di kota saya. Tahun percobaan saya masukkan 1856, untuk memberikan gambaran langit malam yang paling mendekati waktu ketika Pranata Mangsa mulai dikembangan. Tanggal yang digunakan dalam program adalah perkiraan saja berdasarkan literatur dan analisa pribadi. Hasilnya adalah sebagai berikut:
- Musim tanam dalam Pranata Mangsa dimulai sekitar Titik Balik Musim Panas (Summer Solstice), yang terjadi sekitar tanggal 21-22 Juni. Pada masa ini, rasi bintang Orion/Waluku mengalami heliacal rise, atau terbit di ufuk timur sesaat sebelum terbitnya matahari. Menurut pandangan orang Jawa kuno, bentuk Orion pada saat ini sangat menyerupai bajak yang posisinya siap pakai, sehingga mereka menggunakannya sebagai penanda awal musim tanam. Hal ini bukan berarti aktivitas menanam seperti membajak, menyebarkan benih, memindahkan bibit sudah dimulai, tapi bahwa musim tanam/tahun tanam yang baru telah dimulai.
Heliacal Rise Orion. Waktu menunjukkan sekitar pukul 5:22 pagi WIB. Garis merah dan jingga adalah bentuk bajak sesuai pandangan masyarakat Jawa
- Sekitar lima bulan kemudian, rasi Orion mengalami acronychal rise, atau terbit di ufuk timur sesaat setelah matahari terbenam. Bentuk Orion masih menyerupai bajak siap pakai, dan ini digunakan oleh orang Jawa sebagai penanda bahwa kegiatan tanam padi di sawah dapat dimulai. Para wanita mulai menyebarkan benih di lahan persemaian sementara kaum pria mulai membajak sawahnya, mempersiapkan lahan tersebut untuk bibit padi nantinya. Dalam kalender Gregorian, acronychal rise Orion in terjadi sekitar awal Desember.
- Setelah benih tumbuh menjadi bibit padi/padi muda, para petani akan memindahkannya dari lahan persemaian ke lahan sawah utama. Pada saat ini rasi Orion akan bergerak semakin tinggi di langit malam dan mencapai titik kulminasi/puncak setelah matahari terbenam ketika proses pemindahan padi ini selesai. Kulminasi Orion terjadi sekitar pertengahan/akhir Februari.
- Kurang lebih empat bulan setelah dimulainya proses tanam, masa panen tiba. Berdasarkan kalender Gregorian, waktu panen adalah sekitar bulan April-Mei. Pada periode itu posisi Orion semakin lama semakin rendah di ufuk barat sesaat setelah matahari terbenam. Bentuk rasi Orion ketika itu menyerupai bajak terbalik, yaitu posisi bajak ketika sedang tidak dipakai. Ini adalah penanda bahwa musim tanam telah selesai dan proses panen sedang berlangsung. Ketika akhirnya Orion menghilang dari langit, maka seluruh musim tanam dinyatakan selesai.
Orion di akhir masa tanam, bentuknya menyerupai bajak terbalik. Waktu menunjukkan sekitar pukul 6:05 sore WIB.
Dewasa ini Pranata Mangsa sudah jarang digunakan oleh masyarakat. Banyak faktor yang mempengaruhi menurunnya penggunaan kalender pertanian Jawa ini, di antaranya adalah kemajuan teknologi yang menghasilkan sistem irigasi yang baik, bibit-bibit padi unggul yang mampu menghasilkan panen lebih dari 2 atau 3 kali dalam setahun, pemupukan yang baik dan efisien serta kemajuan dalam bidang prakiraan cuaca. Situasi ini masih diperparah dengan terjadinya perubahan iklim yang membuat Pranata Mangsa semakin kehilangan relevansinya. Untuk itu, perlu dilakukan penyesuaian-penyesuaian dan pengkajian ulang Pranata Mangsa.
(Source: Langitselatan.com)
EmoticonEmoticon