Sabtu, 23 April 2016

Rekam jejak dan Harapan



Sejarah Kota Banda Aceh
            Banda Aceh, sama seperti kota-kota lainnya memiliki sejarah yang pasti. Namun sangat disayangkan, hanya segelintir masyarakat kota Banda Aceh yang mengetahui nya. Banda Aceh sudah berdiri sejak tahun 1205 M pada tanggal 22 April bertepatan dengan 1 Ramadan 601 H. Kota Banda Aceh dibangun oleh Sultan Alaidin Johan Syah setelah berhasil menguasai kerajaan Indra Purba dan kerajaan-kerajaan Hindu/Budha yang berada disekitar Banda Aceh. Dahulu, pada masa kesultanan, Banda Aceh bernama Bandar Aceh Darussalam, merupakan ibukota kerjaan Aceh Darussalam. Bandar Aceh Darussalam terkenal dengan sebutan kota perdagangan dan pelabuhan, sebab posisi Bandar Aceh Darussalam begitu strategis, terletak dijalur perdagangan internasional.
Kerajaan Aceh Darussalam dahulu memiliki ikatan erat dengan kerjaan Turki utsmani, yang merupakan satu dari 5 kerjaan islam terbesar di dunia. Setelah Belanda berhasil menduduki Bandar Aceh Darussalam, seorang jenderal besar belanda bernama Van Suitten merubah nama Bandar Aceh Darussalam menjadi Koetaradja yang selama ini banyak dari masyarakat Aceh ketahui. Setelah 89 tahun nama Bandar Aceh Darussalam terkubur, pada tahun 1963 bandar Aceh Darussalam kembali dihidupkan dengan nama barunya, yaitu Banda Aceh. Hal ini berdasarkan Keputusan Menteri Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah pada tanggal 9 Mei 1963 No. Des 52/1/43-43. Dan semenjak tanggal tersebut, resmilah Banda Aceh menjadi ibukota provinsi Aceh.

Banda Aceh model kota madani
Banda Aceh model kota madani merupakan visi dari pusat pemerintahan provinsi Aceh, untuk mewujudkan visi tersebut, Banda Aceh merancang tujuh misi dimana misi ke-5 berbunyi “melanjutkan pembangunan infrastuktur pariwisata yang islami”. Banda Aceh telah lama dikenal sebagai kota peradaban serta kota dengan peninggalan sejarah islami terbesar di asia tenggara. Banda Aceh pada zaman kesultanan Aceh Darussalam merupakan pusat pemerintahan kerajaan, dimana terdapat begitu banyak bangunan bersejarah yang bertajuk islami. Peninggalan kerajaan Aceh Darussalam menjadi pesona wisata yang diunggulkan oleh pemerintah kota Banda Aceh dengan charming Banda Aceh nya.
Salah satu fokus charming Banda Aceh adalah heritage. Masyarakat umum bisa mengartikan heritage sebagai warisan sejarah. Salah satu heritage yang paling terkenal di kota Banda Aceh adalah makam-makam sultan kerajaan Aceh Darussalam seperti makam sultan Iskandar muda yang terdapat pada areal kompleks gedung juang. Selain terkenal akan kejayaan kerajaan islam yang meninggalkan cukup banyak warisan berharga, Banda Aceh sekarang dikenal sebagai dark tourism (Wisata kematian) sejak dilanda bencana dahsyat tsunami 2004 silam. Tsunami berhasil memporak-porandakan setiap sudut kota Banda Aceh, merenggut setiap butir nyawa bagaikan debu serta membuat dunia terguncang hebat. Tetapi dahsyat nya tsunami tak sedahsyat semangat masyarakat Aceh, terutama masyarakat kota Banda Aceh untuk bangkit dari musibah ini. Banda Aceh dalam 11 tahun terakhir pasca tsunami mengalami perkembangan yang begitu pesat, terutama sektor infrastruktur dan ekonomi. Oleh karena itu, pemerintah kota Banda Aceh menjadikan tsunami sebagai salah satu fokus dari charming Banda Aceh lainnya.
            Perkembangan infrastruktur kota Banda Aceh jelas terlihat, dari 4 program unggulan pemerintah kota Banda Aceh, 3 diantara nya merupakan program peningkatan infrastruktur, seperti pembangunan fly over, underpass serta transkutaradja. Peningkatan infrastruktur kota Banda Aceh akan meningkatkan minat kunjung masyarakat nusantara maupun mancanegara. Dengan begitu, pendapatan kota Banda Aceh akan ikut meningkat. Sebagai kota yang dinobatkan menjadi world Islamic tourism pada tahun 2015 silam, Banda Aceh telah memiliki kewajiban dalam meningkatkan infrastruktur kota yang islami serta memiliki branding yang kuat dalam mempromosikan pariwisata nya, terutama pariwisata yang islami.
            Wisata islami harus didukung oleh infrastruktur pariwisata yang islami. Dimulai dari menerapkan syariat islam pada sektor pendukung pariwisata seperti akomodasi, biro perjalanan, makanan dan minuman. Oleh karena itu pada tahun ini, Banda Aceh akan menerapkan wisata halal yang menjadi wujud nyata dari misi ke-5 kota Banda Aceh. Wisata islami juga merupakan identitas bagi pariwisata kota Banda Aceh. Identitas ini yang menjadi tonggak kekuatan pariwisata kota Banda Aceh. Wisata islami beberapa tahun terakhir mengalami peningkatan yang cukup signifikan dan hal itu dapat memicu pemerintah kota Banda Aceh dalam menggencarkan promosi wisata islami nya.
            Melihat dari segi destinasi wisata islami, Banda Aceh dikategorikan sebagai kota yang beruntung, sebab pemerintah kota tidak harus bersusah payah dalam membangun infrastruktur pariwisata islami dari awal. Contohnya saja, masjid raya baiturrahman menjadi landmark kota Banda Aceh dan Aceh secara umumnya dibangun pada massa kesultanan Aceh Darussalam. Pemerintah kota Banda Aceh sekarang hanya perlu untuk merenovasi dan merawat warisan-warisan islami tersebut dengan tidak menghilangkan identitas asli nya.

Banda Aceh menuju water front city


Sesuai dengan qanun no.4 tahun 2009 tentang rancangan tata ruang wilayah kota Banda Aceh, pasal 31 dan 32 membahas tentang potensi sungai-sungai yang membelah kota banda Aceh sebagai sarana transportasi dan wisata. Teruntuk bagi sungai krueng Aceh, yang diketahui merupakan sungai terpanjang dan terbesar yang membelah kota banda Aceh, masih sangat kurang pemanfaatannya. Pemerintah kota Banda Aceh telah membangun 3 buah dermaga sejauh ini yang terletak di Peunayong, Beurawe dan Gampong Jawa, namun pengembangan transportasi sungai masih sulit untuk dijalankan.
Tantangan terbesar pemerintah kota Banda Aceh dalam memanfaatkan potensi sungai krueng Aceh adalah peningkatan level sedimentasi lumpur sungai krueng Aceh sejak tsunami 2004 silam. Untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya, diperlukan pengerukan sedimen lumpur yang membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Namun, jika potensi sungai krueng Aceh benar-benar dapat dimanfaatkan, maka banyak hal positif dan keuntungan dari berbagai sektor yang didapat. Seperti pendapatan kota Banda Aceh secara bertahap akan meningkat dengan adanya wisata air yang memanfaatkan sungai krueng Aceh, dan Banda Aceh akan dikenal sebagaimana kota Amsterdam yang memanfaatkan potensi sungai nya menjadi destinasi wisata. Selain itu, transportasi barang dan jasa yang menggunakan sarana sungai krueng Aceh, akan mengurangi tingkat penggunaan transportasi jalan dan secara langsung akan mengurangi dampak kemacetan kota dan mengurangi emisi gas yang dapat merusak lapisan ozon.
Banyak sekali manfaat yang didapatkan oleh masyarakat kota Banda Aceh dan pemerintah kota Banda Aceh jika potensi sungai krueng Aceh benar-benar dimanfaatkan. Menuju usia kota Banda Aceh yang ke-811, besar harapan agar pemerintah kota Banda Aceh terus meningkatkan inovasi-inovasi yang dapat menjadikan Banda Aceh sebagai kota madani seutuhnya.


Sandi Putra Kelana
Wakil IV agam Kota Banda Aceh 2016
Email: sandiputrakelana@gmail.com



EmoticonEmoticon