Sejarah
Kota Banda Aceh
Banda
Aceh, sama seperti kota-kota lainnya memiliki sejarah yang pasti. Namun sangat
disayangkan, hanya segelintir masyarakat kota Banda Aceh yang mengetahui nya.
Banda Aceh sudah berdiri sejak tahun 1205 M pada tanggal 22 April bertepatan
dengan 1 Ramadan 601 H. Kota Banda Aceh dibangun oleh Sultan Alaidin Johan Syah
setelah berhasil menguasai kerajaan Indra Purba dan kerajaan-kerajaan
Hindu/Budha yang berada disekitar Banda Aceh. Dahulu, pada masa kesultanan,
Banda Aceh bernama Bandar Aceh Darussalam, merupakan ibukota kerjaan Aceh
Darussalam. Bandar Aceh Darussalam terkenal dengan sebutan kota perdagangan dan
pelabuhan, sebab posisi Bandar Aceh Darussalam begitu strategis, terletak
dijalur perdagangan internasional.
Kerajaan
Aceh Darussalam dahulu memiliki ikatan erat dengan kerjaan Turki utsmani, yang
merupakan satu dari 5 kerjaan islam terbesar di dunia. Setelah Belanda berhasil
menduduki Bandar Aceh Darussalam, seorang jenderal besar belanda bernama Van
Suitten merubah nama Bandar Aceh Darussalam menjadi Koetaradja yang selama ini
banyak dari masyarakat Aceh ketahui. Setelah 89 tahun nama Bandar Aceh
Darussalam terkubur, pada tahun 1963 bandar Aceh Darussalam kembali dihidupkan
dengan nama barunya, yaitu Banda Aceh. Hal ini berdasarkan Keputusan Menteri
Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah pada tanggal 9 Mei 1963 No. Des
52/1/43-43. Dan semenjak tanggal tersebut, resmilah Banda Aceh menjadi ibukota provinsi
Aceh.
Banda
Aceh model kota madani
Banda
Aceh model kota madani merupakan visi dari pusat pemerintahan provinsi Aceh, untuk
mewujudkan visi tersebut, Banda Aceh merancang tujuh misi dimana misi ke-5
berbunyi “melanjutkan pembangunan infrastuktur pariwisata yang islami”. Banda Aceh
telah lama dikenal sebagai kota peradaban serta kota dengan peninggalan sejarah
islami terbesar di asia tenggara. Banda Aceh pada zaman kesultanan Aceh
Darussalam merupakan pusat pemerintahan kerajaan, dimana terdapat begitu banyak
bangunan bersejarah yang bertajuk islami. Peninggalan kerajaan Aceh Darussalam
menjadi pesona wisata yang diunggulkan oleh pemerintah kota Banda Aceh dengan
charming Banda Aceh nya.
Salah
satu fokus charming Banda Aceh adalah heritage.
Masyarakat umum bisa mengartikan heritage
sebagai warisan sejarah. Salah satu heritage
yang paling terkenal di kota Banda Aceh adalah makam-makam sultan kerajaan Aceh
Darussalam seperti makam sultan Iskandar muda yang terdapat pada areal kompleks
gedung juang. Selain terkenal akan kejayaan kerajaan islam yang meninggalkan cukup
banyak warisan berharga, Banda Aceh sekarang dikenal sebagai dark tourism (Wisata kematian) sejak
dilanda bencana dahsyat tsunami 2004 silam. Tsunami berhasil memporak-porandakan
setiap sudut kota Banda Aceh, merenggut setiap butir nyawa bagaikan debu serta
membuat dunia terguncang hebat. Tetapi dahsyat nya tsunami tak sedahsyat
semangat masyarakat Aceh, terutama masyarakat kota Banda Aceh untuk bangkit
dari musibah ini. Banda Aceh dalam 11 tahun terakhir pasca tsunami mengalami
perkembangan yang begitu pesat, terutama sektor infrastruktur dan ekonomi. Oleh
karena itu, pemerintah kota Banda Aceh menjadikan tsunami sebagai salah satu
fokus dari charming Banda Aceh lainnya.
Perkembangan infrastruktur kota Banda Aceh jelas
terlihat, dari 4 program unggulan pemerintah kota Banda Aceh, 3 diantara nya
merupakan program peningkatan infrastruktur, seperti pembangunan fly over,
underpass serta transkutaradja. Peningkatan infrastruktur kota Banda Aceh akan
meningkatkan minat kunjung masyarakat nusantara maupun mancanegara. Dengan begitu,
pendapatan kota Banda Aceh akan ikut meningkat. Sebagai kota yang dinobatkan
menjadi world Islamic tourism pada
tahun 2015 silam, Banda Aceh telah memiliki kewajiban dalam meningkatkan infrastruktur
kota yang islami serta memiliki branding
yang kuat dalam mempromosikan pariwisata nya, terutama pariwisata yang islami.
Wisata islami harus didukung oleh infrastruktur
pariwisata yang islami. Dimulai dari menerapkan syariat islam pada sektor
pendukung pariwisata seperti akomodasi, biro perjalanan, makanan dan minuman. Oleh
karena itu pada tahun ini, Banda Aceh akan menerapkan wisata halal yang menjadi
wujud nyata dari misi ke-5 kota Banda Aceh. Wisata islami juga merupakan
identitas bagi pariwisata kota Banda Aceh. Identitas ini yang menjadi tonggak
kekuatan pariwisata kota Banda Aceh. Wisata islami beberapa tahun terakhir mengalami
peningkatan yang cukup signifikan dan hal itu dapat memicu pemerintah kota Banda
Aceh dalam menggencarkan promosi wisata islami nya.
Melihat dari segi destinasi wisata islami, Banda Aceh
dikategorikan sebagai kota yang beruntung, sebab pemerintah kota tidak harus
bersusah payah dalam membangun infrastruktur pariwisata islami dari awal.
Contohnya saja, masjid raya baiturrahman menjadi landmark kota Banda Aceh dan Aceh secara umumnya dibangun pada
massa kesultanan Aceh Darussalam. Pemerintah kota Banda Aceh sekarang hanya
perlu untuk merenovasi dan merawat warisan-warisan islami tersebut dengan tidak
menghilangkan identitas asli nya.
Banda
Aceh menuju water front city
Sesuai
dengan qanun no.4 tahun 2009 tentang rancangan tata ruang wilayah kota Banda Aceh,
pasal 31 dan 32 membahas tentang potensi sungai-sungai yang membelah kota banda
Aceh sebagai sarana transportasi dan wisata. Teruntuk bagi sungai krueng Aceh,
yang diketahui merupakan sungai terpanjang dan terbesar yang membelah kota
banda Aceh, masih sangat kurang pemanfaatannya. Pemerintah kota Banda Aceh
telah membangun 3 buah dermaga sejauh ini yang terletak di Peunayong, Beurawe
dan Gampong Jawa, namun pengembangan transportasi sungai masih sulit untuk
dijalankan.
Tantangan
terbesar pemerintah kota Banda Aceh dalam memanfaatkan potensi sungai krueng Aceh
adalah peningkatan level sedimentasi lumpur sungai krueng Aceh sejak tsunami
2004 silam. Untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya, diperlukan
pengerukan sedimen lumpur yang membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Namun,
jika potensi sungai krueng Aceh benar-benar dapat dimanfaatkan, maka banyak hal
positif dan keuntungan dari berbagai sektor yang didapat. Seperti pendapatan
kota Banda Aceh secara bertahap akan meningkat dengan adanya wisata air yang
memanfaatkan sungai krueng Aceh, dan Banda Aceh akan dikenal sebagaimana kota
Amsterdam yang memanfaatkan potensi sungai nya menjadi destinasi wisata. Selain
itu, transportasi barang dan jasa yang menggunakan sarana sungai krueng Aceh,
akan mengurangi tingkat penggunaan transportasi jalan dan secara langsung akan
mengurangi dampak kemacetan kota dan mengurangi emisi gas yang dapat merusak
lapisan ozon.
Banyak
sekali manfaat yang didapatkan oleh masyarakat kota Banda Aceh dan pemerintah
kota Banda Aceh jika potensi sungai krueng Aceh benar-benar dimanfaatkan. Menuju
usia kota Banda Aceh yang ke-811, besar harapan agar pemerintah kota Banda Aceh
terus meningkatkan inovasi-inovasi yang dapat menjadikan Banda Aceh sebagai
kota madani seutuhnya.
Sandi
Putra Kelana
Wakil
IV agam Kota Banda Aceh 2016
Email:
sandiputrakelana@gmail.com
EmoticonEmoticon